Gus Miftah, siapa yang tidak tahu kyai muda yang satu ini. Kyai yang sering muncul di berbagai media termasuk podcast Deddy Corbuzier ini dakwahnya begitu digandrungi masyarakat, karena pembawaannya yang ringan, lucu dan dipenuhi kata-kata mutiara. Berikut ini adalah profil dan biografi Gus Miftah Jogja selengkapnya.
Kelahiran
Gus Miftah memiliki nama lengkap K.H. Miftah Mulana Habiburrahman lahir di Lampung, 05 Agustus 1981. Saat ini, beliau berusia 39 tahun. Gus Miftah merupakan seorang ulama, da’i, sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta. Beliau adalah keturunan ke-9 dari Kiai Ageng Hasan Besari, pendiri Pesantren Tegalsari di Ponorogo.
Gus Miftah merupakan da’i yang berproses di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) UIN Yoyakarta. Gus Miftah dikenal sebagai ulama muda Nahdlatul ‘Ulama yang berfokus berdakwah bagi kaum marjinal, baik melalui dakwah di dalam maupun juga di luar pesantren. Nama Gus Miftahmulai diperbincangkan publik ketika video beliau viral saat memberikan pengajian di salah satu club malam di Bali.
Baca Juga : Profil dan Biografi Gus Baha Rembang
Keluarga
Gus Miftah menikah dengan Hj Dwi Astuti Ningsih. Dari pernikahannya tersebut, beliau dikaruniai dua anak.
Pesantren Asuhan
Pada tahun 2011 Gus Miftah mulai merintis mendirikan pondok pesantren di Yogyakarta. Jika pondok pesantren pada umumnya mengambil nama dari Bahasa Arab atau mengambil nama seorang tokoh ataupun lokasi pondok, berbeda dengan pondok pesantren Gus Miftah yang mengambil nama dari kata pasif bahasa Jawa.
Gus Miftah memberikan nama Ora Aji pada pondok pesantren yang didirikannya. Ora Aji sendiri berarti tidak berarti. Bukan sekedar nama, terdapat filosofi besar di dalamnya, yakni bahwa tak ada seorang pun yang berarti di mata Allah selain ketakwaannya.
Perjalanan Dakwah
Perjalanan dakwah Gus Miftah, kyai asal Ponorogo berkelahiran Lampung ini dimulai saat usianya masih sangat belia, yaitu saat berumur sekitar 21 tahun. Pada sekitar tahun 2000, Gus Miftah yang sering melaksanakan shalat tahajud di sebuah musala sekitar Sarkem, sebuah area lokalisasi yang ada di Yogyakarta, kemudian berniatan berdakwah. Saat itulah awal dakwah beliau ditemani Gunardi atau Gun Jack sosok yang menjadi penguasa kawasan pada saat itu.
Bermula dari kegiatan tersebut, kajian agama mulai rutin digelar oleh Gus Miftah. Meski awalnya mendapat banyak tantangan, akan tapi saat ini sejumlah pekerja dunia malam sudah menerima kehadirannya. Tidak jarang, ketika pengajian berlangsung sejumlah jemaah meneteskan air mata dan mulai merubah perilakunya secara perlahan.
Tak hanya berhenti di situ, perjalanan dakwah Gus Miftah kemudian berlanjut ke club malam dan juga salon plus-plus. Awalnya beliau masuk lantaran mendapati keluh kesah para pekerja dunia malam yang kesulitan mendapat akses kajian agama. Ketika hendak mengaji di luar, mereka mengaku menjadi bahan pergunjingan masyarakat. Sebaliknya di tempat mereka bekerja tidak ada kajian agama yang bisa didapatkan.
Berbeda dengan dulu saat mendapat penolakan ketika hendak memberi kajian, kini banyak pekerja malam yang merasa butuh untuk mendapat siraman rohani. Tidak jarang beberapa pekerja malam kemudian berhijrah dan membenahi diri menjadi lebih baik. Sejak lima tahun terakhir, langkah dakwah yang tidak biasanya pun didukung oleh Maulana Habib Luthfi bin Yahya asal Pekalongan.
Tidak hanya dari Habib Luthfi, dukungan terhadap dakwah beliau juga datang dari salah seorang mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kala itu yakni KH Maimoen Zubair. Tidak tanggung-tanggung, Gus Miftah menurut cerita dari Beliau ditelepon secara langsung oleh Mbah Moen sendiri, melalui panggilan video dua hari sebelum hari raya Idul fitri 1440 H. Inti dari perkataan Mbah Moen adalah meminta kepada Gus Miftah agar metode dakwah Beliau tetap dilanjutkan, karena para pekerja club malam itu memang membutuhkannya.
Ketika masyarakat banyak yang mengkritik dan menghakimi metode dakwah yang dibawakannya, justru Mbah Moen berada di posisi yang berseberangan dengan masyarakat tersebut. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah pada saat itu melihatnya dengan kacamata kasih sayang.
Bagi Gus Miftah sendiri, segala kritik dan gunjingan dari masyarakat dan berbagai macam kalangan tidak membuatnya patah semangat dalam berdakwah, karena beliau telah mendapatkan dukungan dari Mbah Moen dan Habib Luthfi, Rais ‘Aam Jamiyah Ahlit Thariqah al-Mu’tabarah al-Nahdliyah (JATMAN) Pekalongan. Bahkan Mbah Moen sendiri rela memberikan sorban yang dikenakannya kepada Gus Miftah sebagai wujud dukungan kepadanya.
Demikianlah sedikit profil dan biografi Gus Miftah yang dapat kami bagikan. Semoga artikel tentang profil dan biografi Gus Miftah di atas dapat bermanfaat.
[…] Profil dan Biografi Gus Miftah Jogja […]