Biografi Umar bin Abdul Aziz Terlengkap

0
2274

Biografi Umar bin Abdul Aziz – Biografi tokoh khalifah yang akan kita bahas kali ini sangatlah spesial. Dia merupakan tokoh pembaharu pertama bagi generasi muslim pada periode seratus tahun pertama, orang yang biografinya paling harum dan disenangi untuk dicontoh, paling baik perilakunya dan semua orang dapat menerima sosok kepribadiannya; karena dialah yang mengkampanyekan keadilan kepada dunia, setelah sebelumnya dunia ini dipenuhi tindak kriminalitas dan kezhaliman.

Juga, dia yang mengubah wajah dunia hanya dalam kurun waktu yang singkat, yaitu dua tahun lebih lima bulan. Setelah itu, dia berpulang ke rahmatullah dan menemui Tuhannya.”

Biografi Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Dalam kitab Biografinya, Abu Nu’aim berkata, “Dialah satu-satunya orang yang paling mulia bagi umatnya, bergaul dengan keadilan, suka berlaku zuhud, menjaga kewibawaan dan kewara’annya, lebih senang disibukkan dengan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.

Mottonya adalah menegakkan keadilan dan memberantas pengganggunya. Dia sangat mencintai rakyatnya, memberikan keamanan kepada mereka dan dapat dipercaya. Dia bisa memberikan alasan yang memuaskan kepada mereka yang menentangnya, seorang yang luas ilmu pengetahuannya dan seorang yang bijaksana.”

Tanda-tanda kebesarannya (kebangsawanannya) ini sudah terlihat pada dirinya semenjak kecil; dia telah hafal Al-Qur’an secara keseluruhan, tidak suka bermewah-mewah dan menghambur-hamburkan harta seperti yang banyak dilakukan kaum bangsawan pada umurnnya. Bahkan, dia lebih suka mencari kehormatan dan kemuliaan yang sejati dan abadi. Dia pergi ke kota Rasulullah SAW untuk berguru kepada parafuqaha'(ahli fikih) di kota Madinatu mempelajari ilmu, perilaku dan identitas mereka.

Sama sekali tidak terbersit dalam hatinya untuk menduduki jabatan kekhalifahan, dia juga tidak berasal dari keturunan khalifah (yang menjabat saat itu, walaupun dia keturunan Umar bin Al-Khathab), karena dia adalah
putera Abdul Azizbrn Manvan, sedangkan kekhalifahan dipegang keturunan dari Abdul Malik bin Marwan. Akan tetapi kehendak Allah ffi memilihnya untuk memegang jabatan itu, padahal dia waktu itu masih muda.

Dia hanya memerintah dalam waktu yang sangat singkat (dua tahun lebih lima bulan), hampir sama dengan masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam memberantas kezhaliman, menugaskan dan mengangkat orang-orang yang terkenal dengan kebaikan dan kesalehannya dalam menjalankan pemerintahan dan menjauhkan jabatan dari orang-orang yang zhalim dan sesat. Sehingga, kebijaksanaannya ini telah menjadi point penting dan positif bagi penilaian para ulama hadits (Al-]arh wa At-Ta’dil) terhadapnya; dengan menempatkan orang-orang saleh dalam struktur pemerintahannya.

Baca Juga : Biografi Urwah bin Az-Zubair Terlengkap

Nama, Kelahiran dan Sifat’sifatnya

Nama

Namanya lengkap beliau adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Al-Hakam bin Abi Al-‘Ash bin Umayyah bin Abdisyams bin Abdimanaf bin Qushay bin Kilab. Dia adalah seorang imam, Al-Hafizh, Al-Allamah, seorang mujtahid, ahli ibadah dan seorang pemimpin kaum muslimin sejati. Dia adalah Abu Hafsh AI-Qurasy Al-Umawi Al-Madani Al-Mashri, seorang khalifah yang terkenal kezuhudannya, yang paling berpengaruh dan bijak dari keturunan Bani Umayyah.”

Kelahiran

Umar bin Abdul Aziz dilahirkan di Hilwan, nama sebuah daerah di Mesir. Ayahnya seorang pemimpin daerah di sana tahun 61 atau 63 Hijriyah. Ibunya bemama Ummu ‘Ashim binti’Ashim bin Umar bin Al-Khathab.

Sifat-Sifatnya

Al-Fallas berkata, “Aku pemah mendengar Al-Khuraibi berkata, “Al- A’masy, Hisyam bin’Urwah, umar bin Abdul Aziz datrt Thalhah bin Yahya dilahirkan pada tahun terbunuhnya Al-Husain, yaitu tahun 61 Hijriyah.” Begitu juga dengan apa yang dikatakan oleh Al-Khulaifah bin Khayyath dan yang lainnya tentang tempat dan tahun kelahirannya.”

Sifat-sifatnya: Said bin ‘Ufair berkata, “Umar bin Abdul Aziz adalah orang yang berkulit sawo matang (kecoklatan), wajahnya lembut, baik perangainya, kecil badannya, bagus jenggotnya dan tajam penglihatannya. Di wajahnya terdapat bekas luka akibat diserang hewan.”

Hamzah bin Said berkata, “Pada suatu ketika, Umar bin Abdul Aziz masuk kandang ayahnya. saat itu dia masih seorang bocah, dia terkena tendangan kaki kuda hingga membuatnya terluka dan mengeluarkan darah. Ayahnya segera mengusap darahnya yang keluar sambil berkata, “Jika kamu memang orang yang paling berpengaruh di kalangan Bani Umayyah, tentunya kamu adalah orang yang paling bahagia.”

Dari Yahya bin Fulan, dia berkata, “Muhammad bin Ka’ab Al-Qurazhi datang menemui Umar bin Abdul Aziz, dia berkata, “Ijmar adalah orang yang bagus bentuk tubuhnya.” Dia (perawi)berkata, “Ibnu Ka’ab memandangnya dalam-dalam dengan tidak berkedip, hingga Umar bin Abdul Aziz berkata, “Wahai Ibnu Ka’ab, aku belum pernah melihatmu seperti itu ketika melihatku?” Dia berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku bersumpah kepadamu bahwa kamu memang rupawan, berkulit kuning, berbadan kecil dan mempunyai rambut yang berkilau.”

Mendengar itu, Umar berkata, “Wahai Ibnu Ka’ab, apa yang akan kamu katakan jika kamu melihatku setelah tiga hari di kubur; kulit meleleh di wajah dan dari pipi aku mengalir cairan dari lubang-lubang tubuh, keluar ulat dan cacing dari mulut dan yang lain, tentunya kamu akan merasa lebih jijik melihatku.”

Dalam Kitab “Latha’if Al-Ma’arif’Ats-Tsa’labi berkata, “Sebelum menjabat sebagai khalifah, Umar bin Al-Khathab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Marwam bin Al-Hakam dan Umar bin Abdul Aziz Ridwanullahi Alaihim Ajma’in kepalanya mereka botak, kemudian setelah menjabat sebagai khalifah hilang dengan sendirinya.”

Awal Mula Keaktifannya Menuntut llmu dan Memegang Jabatan Kekhalifahan

Dari Az-Zrtbair bin Bakar dari Al-Utabi, dia berkata, “Sebenarnya yang paling jelas terlihat dalam diri Umar bin Abdul Azu adalah; Ayahnya adalah salah seorang pemimpin daerah di Mesir, sedang saat itu Umar masih muda dan belum mencapai usia baligh.

Orangtuanya ingin melihatnya keluar dari daerah itu guna menuntut ilmu, sehingga dia berkata, “Wahai ayah- atau kata-kata yang sepadan! mungkin lebih bermanfaat bagiku kalau ayah membawaku pergi ke kota Madinah. Karena, di sana aku bisa belajar banyak dengan para ahli fikihnya dan menyelami perilaku mereka.”

Kemudian, ayahnya membawanya ke Madinah, hingga akhimya Umar bin Abdul Aziz terkenal di Madinah dengan kecerdasan dan kedalaman ilmunya walaupun dia masih sangat muda.

Dia perawi berkata, “Ketika ayahnya meninggal, Khalifah Abdul Malik bin Marwan mengutus pengawahrya kepada Umar bin Abdul Aziz untuk dibawa ke istana dan diasuhnya bersama-sama dengan puteranya yang lain. Dia memang terlihat lebih menonjol daripada mereka putera-puteri khalifah. Kemudian khalifah menikahkannya dengan puterinya; Fathimah, yang dikatakan bahwa,

” Puteri khalifah dan khalifah adalah kakeknya saudara perempuan parakhalifah dan suaminya (Umar bin Abdtrl Aziz) juga seorang khalifah.”

Abu Mushar berkata, “LImar bin Abdul Aziz menjabat sebagai walikota Madinah di bawah pemerintahan Khalifah Al-Walid mulai dari tahun 86 Hijriyah hingga tahun 93 Hijriyah.”

As-Suyuthi berkata, “Dia telah hafal keseluruhan AI-Qur’an dalam umur yang masih kecil. Ayahnya mengirimnya ke Madinah agar bisa belajar di sana. Dia berbeda dengan Ubaidillah bin Abdullah dalam masalah ilmu pengetahuan. Ketika ayahnya meninggal dunia, khalifah Abdul Malik bin Marwan memintanya untuk pergi ke Damaskus dan kemudian menikahkannya dengan puterinya yang bernama Fathimah.

Ketika Al-Walid menjabat sebagai khalifah, Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi walikota Madinah. Dia menjabat walikota Madinah dari tahun 85 Hijriyah hingga tahun 93 Hijriyah, akan tetapi kemudian dia diturunkan dari tahta sehingga dia lalu pergi ke Syam.

Kemudian, ketika Al-Walid bemiat menggulingkan saudaranya Sulaiman dari haknya untuk memegang pemerintahan selanjutnya (setelah Al-Walid) dan menggantikannya dengan puteranya; Dia memaksa para pemimpin daerah dan walikota ataupun para gubemur untuk menyetujui rencananya itu; suka atau tidak suka.

Namun Umar bin Abdul Aziz tidak menyetujuinya. Dia berkata, “Sulaiman adalah orang yang berhak mendapat baiat (janji untuk setia dan taat) dalam pundak kami.” Dia bersikeras dengan pendapatnya itu, sehingga membuat Al-Walid berang dan membenamkan wajahnya ke dalam tanah berlumpur, akan tetapi dia sembuh tiga hari kemudian.

Ketika Sulaiman dan para pendukung (setelah menjabat sebagai khalifah) mengetahui sejarah dan peristiwa (kegigihan Umar bin Abdul Aziz yang mempertahankan hak Sulaiman) ini, dia mengamanatkan kepada seluruh warganya untuk mengangkatnya sebagai khalifah.”

Dari Raja’bin Haiwah, dia berkata, “Ketika hari Jum’at tiba, Sulaiman memakai pakaiannya dari sutera dan bercermin sambil berkata, “Demi Allah, aku adalah seorang raja yang masih muda.” Lalu, dia berangkat ke masjid untuk shalat berjamaah dengan penduduk.

Ketika dia kembali, dia merasakan tubuhnya kurang sehat. Ketika sakitnya semakin bertambah berat, dia menulis sepucuk surat untuk mengangkat puteranya Ayyrb, sebagai putera mahkota yang pada saat itu masih seorang bocah yang belum akil baligh, sehingga aku lalu berkata, “Apa yang Anda lakukan, wahai Amirul Mukminin? Sesungguhnya yang bisa menjaga kematian seorang khalifah tetap tenang di alam kubumya adalah mengangkat seorang khalifah (penganti) yang saleh.”

Sang khalifah berkata, “Surat ini memang membingungkanku, aku kira ini yang terbaik, akan tetapi aku belum bisa mengesahkannya.” Surat itu disimpan khalifah selama dua atau tiga hari lalu dibakamya.

Beberapa saat kemudiary dia memanggilku (perawi) dan berkata, “Kalau Dawud bin Sulaiman, bagaimana pendapatmu?” Aku menjawab, “Dia sedang berada di Konstantinopel, sedangkan Anda tidak tahu apakah dia masih hidup ataukah sudah meninggal dunia,” Dia berkata, “Bagaimana pendapatmu, siapa yang layak?” Aku berkata, “Terserah Anda wahai Amirul Mukminin, aku memohon Anda untuk berpikir kira-kira siapa yang pantas.”

Sang khalifah kemudian berkata, “Bagaimana pendapatmu jika Umar bin Abdul Aziz?” Aku berkata, “Yantg aku tahu dia adalah orang yang mulia, terhormat dan memang dialah orang yang terbaik dan terpilih di kalangan kaum muslimin.”

Khalifah berkata, “Ya, dia. Demi Allah, aku yakin itu, kalaulah aku memang jadi mengangkatnya dan tidak mengangkat salah seorang keturunan dari Khalifah Abdul Malik bin Marwan, niscaya akan terjadi fitnah
dikemudian hari -Yazid bin Abdul Malik saat itu sedang tidak berada di istana selama satu musim-.” Khalifah lalu berkata, “Angkatlah dia (Yazid) setelah

Khalifah Umar bin Abdul Aziz nanti, jika memang dia orang yang dapat menyejukkan dan mereka cintai.”
Aku menjawab, “Aku setuju pendapat Anda, wahai Amirul Mukminin.” Lalu Khalifah Sulaiman menuliskan surat wasiat dengan tangannya sendiri yang isinya sebagai berikut,

“Dulaiman mengamanatkan kepada Umar bin Abdul Aziz: Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang.

Ini adalah surat dari Abdullah Sulaiman Amirul Mukminin kepada Umar bin Abdul Aziz.

Sesungguhnya aku telah mengangkatnya menjadi khalifah menggantikanku. Dan orang sesudahnya adalah Yazid bin Abdul Matik. Maka, dengarkanlah dan taatilah dia dan bertakwalah kepada Allah, dan janganlah kalian berselisih dan saling bertentangan sehingga kedamaian akan menyelimuti kalian.”

Dari Sahl bin Yahya bin Muhammad Al-Marwazi, dia berkata, “Ayah telah memberitahukan kepadaku dari Abdul Azizbtn Umar bin Abdul Aziz, dia berkata, “Ketika Umar bin Abdul Aziz memakamkan Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, dan dia sedang keluar dari dalam liang kubur, dia mendengar suara bergemuruh, sehingga dia kemudian bertanya, “Suara apa ini?” Ada yang mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin, ini adalah kendaraan resmi khalifah, aku mendekatkannya kepada Anda agar Anda mengendarainya.” Dia berkata, “Apa hubungannya antara aku dengan kendaraan ini? jauhkan dariku dan bawakan keledaiku kemari.” Lalu aku dekatkan keledainya dan dia pun mengendarainya.

Tidak berapa lama, seorang polisi (petugas keamanan) berjalan di depannya dengan membawa tombak layaknya pengawal raja, sehingga khalifah Umar bin Abdul Azizberkata, “Jauhkan diri Anda dari saya, saya tidak ada hubungannya dengan Anda. Aku hanyalah seorang muslim seperti kalian.” Lalu dia berjalan bersama-sama dengan penduduk tanpa ada pengawalan hingga masuk masjid dan naik mimbar.

Setelah orang-orang berkumpul dan tenang, Umar bin Abdul Aziz berkata, “Wahai kaum muslimin, sesungguhnya aku melakukan hal ini tanpa keinginanku pribadi, tidak pula permintaanku dan juga tidak melalui musyawarah bersama di antara kita. Sesungguhnya aku telah menanggalkan beban yang harus kalian tanggung untuk memili”h dan membaiatku (seperti yang diamanatkan Khalifah Sulaiman), maka pilihlah orang yang terbaik di antara kalian dengan pikiran yang bebas dan tidak tertekan.”

Kemudian, orang-orang menyerukan dengan safu suara, “Wahai Amirul Mukminin, kami semua telah bersepakat memilih Anda, kami rela dan menerima kepemimpinan Anda, kami mengiringi dengan sumpah dan doa.”

Ketika suara telah reda, dan para penduduk telah rela dan menerima kepemimpinannya, dia bersyukur, memuji kepada Allah, mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah.

Setelah itu dia berkata, “Aku mewasiatkan kepada kalian agar selalu bertakwa kepada Allah, karena takwa adalah jiwa dari segala sesuatu dan ketakwaan kepada Allah bukanlah suatu kemunduran. Ketahuilah, dengan sebenar-benarnya tentang kehidupan akhirat nanti, karena sesungguhnya orang yang berusaha untuk kehidupan akhiratnya, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya di dunianya.

Perbaikilah diri kalian dalam kesendirian (sikap hati dan perilaku yang tidak terlihat) niscaya Allah yang Mahamulia akan memperbaiki kehidupan kalian yang tampak.

Perbanyaklah mengingat kematian d:rr usahakanlah untuk mendapatkan bekal kematian dengan sebaik-baiknya sebelum kematian itu benar-benar mendatangi kalian. Dengan mengingat kematian, kalian tidak akan terlena dalam kesenangan dan kemewahan. Sesunggutmya orang yang tidak mau mengingat akan adanya hubungan antara kematian dan kehidupan kaum Adam, niscaya dia akan mendapatkan kesulitan ketika meninggal dunia kelak.

Sesungguhnya umat ini tidak akan pernah mempersoalkan (memperdulikan) Tuhan (agama) dan tidak pula Nabi mereka dan juga kitab-Nya, mereka hanya akan memperdulikan (memperebutkan) harta benda dan kekayaan. Sesungguhnya -demi Allah aku tidak akan memberikan kesempatan kepada seorang pun untuk melakukan kebatilan dan aku tidak akan pernah mencegah seseorang melakukan kebenaran.”

Setelah itu, dia mengeraskan suaranya hingga lebih banyak orang yanq mendengamya. Dia berkata, “Wahai manusia, barangsiapa yang taat kepada Allah, maka dia wajib ditaati. Barangsiapa durhaka kepada Allatu maka tidak hak baginya untuk ditaati. Taatlah kalian semua kepadaku selama aku taat kepada Allah, dan jika aku berlaku maksiat kepada Allah, maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk mentaatiku.”

Sanjungan Para Ulama dan Kecintaan kaum Muslimin Kepadanya

Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Khalifah bagi umat Islam itu ada lima, yaitu; Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Al-Khathab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Abdul Aziz Ridwanullahi Alaihim Ajma’in.”z

Dari Zaid bin Aslam dari Anas, dia berkata, “Aku belum pernah melakukan shalat di belakang seorang imam setelah Rasulullah yang mirip dengan shalat beliau dari pemuda ini -maksudnya Umar bin Abdul Aziz (sahabat Anas bin Malik merasakan seolah-olah melakukan shalat di belakang Rasulullah, ketika dia shalat di belakang Umar bin Abdul Aziz sebagai makmum).” Sedangkary pada saat itu Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai walikota Madinah.

Zaid bin Aslam selanjutnya berkata, “Ketika shalat, dia selalu menyempurnakan ruku’ dan sujudnya serta tidak terlalu lama berdiri dan tahiyat.” Zaid bin Aslam mempunyai banyak riwayat dari Anas, yang diriwayatkan Al-Baihaqi dalam Sunan-nya dan juga yang lain.

Muhammd bin Al-Husain pemah ditanya tentang Umar bin Abdul Aziz, kemudian dia berkata, “Dia adalah orang yang berwibawa di kalangan Bani Umayyah, dan sesungguhnya dia akan dibangkitkan pada Hari Kiamat bersama umat yang satu.”

Ketika pengumuman tentang meninggalnya Umar bin Abdul Aziz diberitakan, Al-Hasan berkata, “Manusia terbaik telah meninggal dunia.”

Abu Said Al-Faryabi berkata, “Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Sesungguhnya Allah ffi akan mengutus kepada umat manusia seseorang yang mengajarkan tentang ajaran agama-Nya (reformis) setiap seratus tahun sekali dan menepis bahwa Rasulullah adalah berbohong. Kemudian kami melihat realitas yang ada dan ternyata dia adalah Umar bin Abdul Aziz pada seratus tahun pertama dan Imam Syah’i untuk seratus tahun kedua.”

Dari Suhail bin Abi Saleh, dia berkata, “Saat itu aku sedang berjalan di Arafah bersama ayah, kemudian kami berhenti sebentar melihat Umar bin Abdul Azu yNrgsaat itu sebagai pemimpin jamaah haji. Aku berkata, “Wahai
ayah, sesungguturya aku melihat bahwa Allah benar-benar mencintai Umar bin Abdul Azizl” Ayah berkata, “Mengapa begitu?” Aku berkata, “Karena ketika aku melihatnya, aku merasakan orang-orang yang melihatnya merasakan cinta dan kemuliaannya, dan ayah pernah mendengar Abu Hurairah, telah berkata bahwa Rasulullah bersabda,

“likn Allah mencintai seorang hamba-Nya, malaikat libril Alaihissalam aknn berseru, “sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, makn cintailah dia.”

Adz-Dzahabi berkata, “Orang ini (Umar bin Abdul Aziz) adalah seorang yang mempunyai perilaku, perawakan dan bentuk tubuh yang baik, matang pemikirannya, mempunyai identitas yang jelas, pandai berpolitik, selalu berusaha untuk berbuat adil di setiap tempat dan waktu, luas pengetahuan-nya, ahli mengenai ilmu kejiwaan, terlihat cerdas dan cepat memahami permasalahan dan seorang yang selalu berserah diri kepada Allah.

Dia juga seorang yang mau menerima qadha’ dan qadar-Nya, tetap bersikap zuhud walaupun sudah menjabat sebagai khalifah, tidak takut menyuarakan kebenaran walaupun hanya sedikit pendukungnya.

Banyak para pemimpin zhalim yang selalu berusaha menyingkirkannya, mereka tidak suka jika kezhaliman mereka diusiknya, mengurangi pendapatan mereka karena selama ini mereka banyak mendapatkan masukan harta dan kekayaan ataupun kekuasaan dengan cara yang tidak benar. Mereka selalu berusaha mendapat kesempatan unfuk membunuh atau
menyingkirkan Khatifah Umar bin Abdul Aziz dari kekuasaannya dengan berbagai cara hingga akhimya mereka berhasil memberinya minuman yang mengandung racun dan dia pun meninggal dunia dalam kebahagiaan dan syahid.

Menurut para cendekiawan dia digolongkan dalam kelompok Khulafaurrasyidin dan sosok ulama yang mau mengamalkan ilmunya.”

Dari Ibnu’Aun, dia berkata, “Jika Ibnu Sirin ditanya seseorang tentang cat, dia berkata, “Sarrg Imam yang bijak melarang hal itu maksudnya Umar bin Abdul Aziz.

Juwairiah bin Asma’berkata, “Ketika Umar bin Abdul Aziz mulai menjabat sebagai khalifah, Bilal bin Abi Burdah menemuinya dan memberikan ucapan selamat kepadanya. Dia berkata, “lika seseorang menjadi mulia karena menjabat sebagai khalifah, maka Anda harus memuliakannya (menjalankannya dengan baik), barangsiapa telah dihiasi olehnya, maka dia harus menghiasinya. Anda adalah seperti seseorang yang dikatakan Malik
bin Asma dalam syairnya,

“Dan Anda menambah wangi-wangian yang paling wangi, jika Anda menyentuhnya. Mana orang yang seperti Anda, mana?
Jika mutiara itu telah menghiasi wajah yang rupawan, Maka mutiara itu menjadi terhias karena keelokan wajah Anda.

Rasa Takut dan Tangisannya

Dari Al-Mughirah bin Hukaim, dia berkata, “Fathimah binti Abdul Malik bin Marwan, dia berkata kepadaku, “Wahai Mughirah, mungkin saja ada orang yang lebih baik shalat dan puasanya daripada umar bin Abdul Aziz, akan tetapi aku belum pemah melihat seorang Pun yang lebih takut dan lebih banyak menangis di hadapan Tuhannya daripada Umar bin Abdul Aziz. Jika dia masuk ke rumahnya, dia langsung membungkukkan diri dalam persujudannya, dia terus saja menangis hingga kedua matanya tertidur, kemudian terbangun dan menangis lagi dan lagi. Dia menghabiskan sebagian besar malamnya seperti itu.”

Dari Abdul Aziz bin Al-Walid bin Abi As-Sa’ib, dia berkata, “Aku pernah mendengar ayah, dia berkata, “Aku belum pemah melihat seorang pun yang mempunyai rasa takut atau khusyu’ kepada Allah ffi, yang paling jelas terlihat di raut wajahnya melebihi Umar bin Abdul Aziz.”

Dari Mazid bin Al-Hausab- saudara Al-Awwam, dia berkata, “Aku belum pemah melihat orang yang lebih takut kepada Allah ffi daripada Al-Hasan dan Umar bin Abdul Aziz, karena terlihat di wajahnya seolah-olah neraka itu tidak diciptakan kecuali hanya untuk mereka berdua saja”

Dari Hisyam bin Al-Ghaz, dia berkata, “Suatu saat kami menginap di suatu tempat, ketika kami bemiat untuk Pergr, Makhul pergi terlebih dahulu tanpa memberitahukan kepada kami kemana dia pergi, sehingga kami terpaksa mencarinya ke sana-kemari dan akhirnya menemukannya.

Setelah menemukannya, kami pun bertanya kepadanya, “Kemana Anda pergi?” Dia menjawab, “Aku mengunjungi makam Umar bin Abdul Aziz dan berdoa untuknya.”

Dia melanjutkan perkataannya, “Kalaulah aku boleh bersumpah dari apa yang telah aku kecualikan, tidak ada orang di masanya yang lebih takut kepada Allah dari Umar bin Abdul Aziz.DN; kalaulah aku boleh bersumpah tentang apa yang telah aku kecualikan, maka tidak ada orang yang paling zuhud di dunia ini melebihi kezuhudan Umar bin Abdul Aziz di masanya.”

Dari Qatadah, dia berkata, ” Ada seorang lelaki bemama Ibnu Al-Ahtam menemui Umar bin Abdul Aziz.Dia terus saja memberikan nasehat kepada Umar bin Abdul Azizyang terus sesenggukan menangis, hingga sang khalifah jatuh pingsan.”

Abdussalam, budak Maslamah bin Abdul Malik berkata, “Umar bin Abdul Aziz menangis, Fathimah isterinya juga menangis hingga seluruh anggota keluarga ikut menangis tanpa tahu mengapa mereka menangis. Ketika mendung dan keresahan telah berlalu dari mereka, Fathimah memberanikan diri untuk bertanya kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin, demi Ayah Anda, mengapa Anda menangis?” Umar menjawab, “Aku teringat waktu manusia beranjak dari hadapan Allah nanti di Hari Kiamat; sekelompok mereka berjalan ke surga dan sekelompok yang lain ke Neraka.”

Dia (perawi) berkata, “Kemudian Umar bin Abdul Azizrnenjerit histeris hingga akhimya dia jatuh pingsan.”

Dari’Atha’ bin Abi Rabah, dia berkata, “Fathimah, isteri Khalifah Umar bin Abdul Aziz telah memberitahukan kepadaku bahwa suatu ketika dia menemui suaminya itu, dan temyata sang suami sedang melakukan shalat. Fathimah lalu menempelkan tangannya di pipi sang suami yang sedang basah oleh air mata.

Setelah itu, Fathimah bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, apakah ada sesuatu telah te{adi?” Diaberkata, “Wahai Fathimah, aku adalah orang yang diberi tanggung jawab terhadap permasalahan umat Rasulullah SAW. Kemudian, terpikir olehku, orang-orang fakir yang kelaparary orang-orang yang sedang sakit yang mengeluh, orang-orang yang kekurangan dan selalu berjuang di jalan Allah, orang-orang yang teraniaya yang selalu dipaksa, orang-orang asing dan kayaraya, orang-orang yang sombong dan orang-orang yang menanggung beban keluarga di seluruh pelosok negeri. Aku sadar bahwa Tuhanku akan menanyakan tanggung jawabku terhadap mereka, pertanggung jawaban di hadapan Muhammad SAW sebagai pemimpin umat.

Aku khawatir jika tidak mempunyai alasan untuk menjawab pertanyaannya hingga akhirnya aku menghibur diri dengan menangis.”

Dari Abdullah bin syattdzab, dia berkata, “Pada suatu ketika sulaiman (khalifah sebelumnya) men,.rnaikan ibadah haji bersama Umar bin Abdul Aziz. Sulaiman berniat pergi ke Thaif namun tiba-tiba kilat dan petir menyambar sehingga mengagetkarurya. sulaiman kemudian berkata kepada Umar, “wahai Abu Hafsh, apa yang Anda tahu tentang ini semua?” Dia menjawab, “ltu adalah tanda turunnya rahmat Allah ffi, lalu bagaimana jika yang turun adalah siksanya.”

Dari Al-Hasan bin Umairah, dia berkata, “I’Jmar pemah membeli seorang budak perempuan non Arab, kemudian budak itu berkata, “Aku melihat orang-orang merasa senang, akan tetapi aku melihat ini bukan suatu kesenangan. “Karena kurang jelas apa yang dikatakan budaknya, maka Umar bertanya kepada orang-oranB , ” Apd yang dikatakan budak perempuan itu?” salah seorang ada yang mengatakan begini dan begini. Mendengar itu, dia lantas berkata, “suruhlah dia berhati-hati, katakan kepadanya bahwa kebahagiaan ada di hadaParmYa.”

Dari Maimun bin Mihran, dia berkata, “lJmar bin Abdul Aziz pernah membaca ayat,

“Bermegah-megahan telah melalaikan knmu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (At-Takatsur: 1-2)

lalu dia berkata, “Aku melihat alam kubur hanyalah tempat singgah sementara dan setiap orang yang berziarah atau singgah tentunya harus kembali, mungkin bisa ke Surga atau ke Neraka.”

Guru dan Murid-muridnya

Guru Umar bin Abdul Aziz

Guru-gurunya: Al-Mizzi berkata, “Dia meriwayatkan hadits dari beberapa orang di antaranya; Anas bin Malik dan Anas bin Malik pernah melakukan shalat menjadi makmum di belakang Umar bin Abdul Aziz, seperti yang dikatakannya, “Aku belum pemah melihat seorang pun yang shalatnya mirip dengan shalat Rasulullah ffi, kecuali pada diri pemuda ini-maksudnya Umar bin Abdul Aziz.”

Dia juga meriwayatkan dari Ar-Rabi’ bin Sabrah bin Ma’bad Al-Juhani, As-Sa’ib bin Yazid dan Said bin Al-Musayyib. Dia juga pemah mendapatkan hadiah sebuah mangkuk besar yang pemah digunakan Rasulullah ffi untuk minum dari Sahl bin Sa’ad.

Dia juga meriwayatkan dari Amir bin Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Ibrahim bin Qarizh -ada yang menyebutnya Ibrahim bin Abdullah bin Qarizh-, Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib, Urwah brn Az-Z’abair, Uqbah bin Amir Al-Juhani, Muhammad bin Abdullah bin Al-Harits bin Naufal, Muhammad bin Muslim bin syihab Az-zlhri, Naufal bin Masahiq Al-Amiri, Yahya bin Al-Qasim bin Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Yusuf bin Abdullah bin salam, Abu Bakar lbnu Abdurahman bin Al-Harits bin Hisyam, Abu Salamah bin Abdirrahman bin Auf dan Khaulah binti Hukaim.”

Murid Umar bin Abdul Aziz

Murid-Muridnya: Adz-Dzahabi berkata, “Di antara para perawi yang meriwayatkan hadits darinya antara lain; Abu Salamah (juga salah seorang gurunya), Abu Bakar bin Hazm, Raja’ bin Haiwah,Ibnu Al-Munkadir, Az-Ztthri, ‘Anbasah bin Said, Ayyub As-Sakhtiani, Ibrahim bin’Ablah, Taubah Al-Anbari, Humaid Ath-Thawil, Mushlih bin Muhammad bin Zaidah A1-Laitsi, puteranya Abdul Aziz bit’t lJmar, saudaranya Zaban, shakhr bin Abdullah bin Harmalah, puteranya Abdullah bin Umar, Utsman bin Dawud Al-Khaulani, saudaranya sulaiman bin Dawud, Umar bin Abdul Malik, umar bin Amir Al-Bajali, Amr bin Muhajir, Umair bin Hani’ Al-‘Anbasi, Isa bin Abi ‘Atha’ Al-Katib, Ghalan bin Anas, budaknya Laits bin Abi Ruqyah, Abu Hasyim Malik bin ziyad, Muhammad bin Abi Suwaid Ais-Tsaqafi, Muhammad bin Qais Al-Qash, Marwan bin lanah, Maslamah bin Abdul Malik Al-Amir, An-Nadhr bin Arabi, budaknya Nu’aim bin Abdullah Al-Qaini, budaknya Hilal Abu Sham’ah, Al-Walid bin Hisyam Al-Muthi’i, Yahya bin said Al-Ansharl Ya’kub bin Utbah bin Al-Mughirah dan masih banyak yang Iainnya.”

Wafatnya Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz meninggal dunia di Dir Sam’an, pada tanggal 10 atau 5 bulan Rajab tahun 101 Hijriyah. Saat itu dia genap berusia 39 tahun lebih enam bulan. Meninggalnya karena meminum racun yang telah direkayasa oleh Bani Umayyah sendiri, karena Umar bin Abdul Aziz dikenal tegas terhadap kezir;rliman mereka, mencabut semua kekebalan hukum dan hak istimewa mereka serta memutus surnber dana kekayaan mereka. Dia memang mengabaikan kehati-hatian dan pengamanan pada dirinya.

Mujahid berkata, “umar bin Abdul Aziz berkata kepadaku, ” Apa yang dikatakan orang-orang tentangku?” Aku berkata, “Mereka mengatakan bahwa Anda terkena sihir.” Dia berkata, “Aku tidak terkena sihir, sesungguhnya aku
tahu saat diberi minuman beracun.” Sang khatifah kemudian memanggil budaknya dan lantas berkata kepadanya, “Celakalah kamu! Apa yang membuatmu tega memberikan minuman beracun kepadaku?” sang budak menjawab, “Aku mendapatkan seribu dinar dan dimerdekakan.” Dia berkata, “Mana uang itu.” Budak itu datang mengambil dan memberikan uang tersebut, kemudian Umar bin Abdul Aziz menaruhnya di Baitul Mal’ selanjutnya Umar berkata, “Pergilah kamu ke tempat yang sekiranya tidak diketahui oleh seorang pun.”

Dari Al-Mughirah bin Al-Hukaim, dia berkata, “Fathimah binti Abdui Malik isteri Umar bin Abdul Aziz telah memberitahukan kepadaku, dia berkata, “Aku pemah mendengar suara Umar bin Abdul Aztz dalansakifnya yang mengantarkannya kepada kematiannya. Dia berkata, “Ya Allah, ringankanlah beban mereka karena kematianku, walaupun sesaat saja dalam sehari.”

Pada hari kematiannya, aku keluar dan duduk di ruangan yang lain yang dipisahkan sebuah pintu, aku mendengar dia berkata,

“Negeri akhirat itu, karni jadikan untuk orans-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusaknn di (muka) bumi dan kesudahnn (yang baik). ltu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Qashash: 83)

Kemudian sunyi, aku tidak nrendengar rintihan dan juga perkataan yang lain. Kemudian aku berkata kepada Al-Washif yang merawatnya, “Lihatlah Amirul Mukminin!” ketika dia masuk, dia menjerit dan melompat, lalu aku masuk dan ternyata dia sudah meninggal dunia dengan posisi menghadap kiblat. Dia sendiri yang memejamkan matanya, meletakkan salah satu tangannya pada kedua matanya dan yang lain pada pipinya.”

Dari Ubaid bin Hisan, dia berkata, “Ketika Umar bin Abdul Aziz sedang mengalami sakaratul maut, dia berkata, “Keluarlah kalian dari sini,” hingga tidak ada seorang pun di dekatnya. Dia mempunyai pelayan bernama
Maslamah bin Abdul Malik. Dia (perawi) berkata, “Kemudian mereka keluar, namun Maslamah dan Fathimah tetap berada dekat pintu kamar sang khalifah. Ubaid selanjutnya berkata, “Mereka berdua mendengar Umar bin Abdul Aziz
berkata sendiri dari dalam kamarnya, “Selamat datang kepada wajah-wajah ini, bukan wajah manusia ataupun jin.” Ubaid berkata, “Kemudian sang khalifah berkata,

“ltulah rumah akhirat yang kami ciptakan bagi orang-orang yang tidak menginginknn ke.sombongan dan kerusakan di dunia, dan pembalasan bagi orang-orang yang beriman.”

Perawi (Ubaid) berkata, “Kemudian sunyi tidak ada kata yang terucap, Maslamah lalu berkata kepada Fathimah, “Suamimu telah di ambil Yang Kuasa.” Akhirnya mereka masuk dan menemukan Umar bin Abdul Aziz sudah tiada dengan tertutup matanya.”

Ketika Maslamah bin Abdul Malik melihat Umar yang meninggal dengan tenangnya, dia berkata, “Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada Anda, Anda telah melembutkan hati yang keras dan telah menorehkan pesan kepada kami untuk selalu mendekatkan diri kepada orang-orang yang saleh.”

Kami akan mengakhiri biografi Umar bin Abdul Aziz ini dengan apa yang disebutkan Ibnu Al-Jauzi dalam kitab Sirah-nya, diaberkata, “Ada yang memberitahukan kepadaku bahwa Al-Manshur berkata kepada Abdurrahman bin Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar Ash-Shiddiq, “Berilah aku nasehat!” Dia berkata, “Dengan yang pernah aku lihat atau yang pernah aku dengar?” Dia berkata, “Dengan yang pemah Anda lihat.” Dia berkata,”Umar bin Abdul Aziz meninggal dunia, dengan meninggalkan 11 putera, harta warisannya 17 dinar. Harta itu lalu digunakan mereka untuk membeli kain kafan 5 dinar, dan tempat kuburannya dengan dua dinar. Dan yang tersisa dibagikan kepada semua anggota keluarga (anak-anaknya), dan setiap mereka mendapatkan 19 dirham.

Hisyam bin Abdul Malik meninggal dunia, dia meninggalkan 11 putera, harta warisannya dibagikan kepada anak-anaknya itu dan masing-masing mendapatkan ribuan dinar. Dan aku pernah melihat seorang lelaki dari keturunan Umar bin Abdul Aziz membawa seratus kuda perang untuk dishadaqahkan guna dipakai berperang di jalan Allah dalam satu hari, dan aku melihat seorang lelaki dari keturunan Hisyam bin Abdul Malik diberikan shadaqah (karena sudah jatuh miskin).”

Itulah biografi khalifah Umar bin Abdul Aziz yang dikupas secara lengkap. Semoga biografi yang kami bagikan ini dapat bermanfaat.

Refrensi : 60 Biografi Ulama Salaf Oleh Syaikh Ahmad Farid

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here